SEBAGAI politisi senior, manuver
Surya Paloh, Ketum Partai Nasdem (Panas) berhasil memainkan strategi dua kaki.
Setelah berhasil menekan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan Partai Demokrat
(PD) untuk segera menyatakan dukungan kepada Anies Rasyid Baswedan (ARB), kini
Panas kembali wara wiri. Pasca bertemu Presiden Joko Widodo (Jokowi) di istana,
Panas langsung menyambangi markas Partai Golkar, menjajaki rencana koalisi.
Langkah Panas tersebut tentu mengundang berbagai spekulasi, untuk menjajaki
koalisi, atau malah perubahan koalisi?
Sejak menggelar deklarasi ARB
menjadi bakal calon presiden (Bacapres) pada Senin, 3 Oktober 2022, Panas
berhasil cari perhatian (caper). Sampai sejauh ini, Panas berhasil menunggangi
dan memanfaatkan ARB untuk menarik perhatian publik. Satu kaki Panas ingin menjadi leader dari
kelompok partai oposisi, sementara satu kaki tetap di kabinet Presiden Jokowi.
Panas berulangkali menyebut akan setia menjadi pendukung pemerintahan Jokowi,
demi mempertahankan posisi Menteri.
Panas juga berhasil memainkan
peran di koalisi perubahan, menekan PKS dan PD untuk menyatakan dukungan tanpa
syarat kepada ARB. Meskipun semula PD ngotot mengajukan Agus Harimurti
Yudhoyono (AHY), dan PKS mengusulkan Ahmad Heryawan (Aher) sebagai Bacawapres
ARB. Namun PKS dan PD akhirnya pun jinak dengan menyatakan akan mendukung ARB
sebagai Bacapres. Sementara untuk Bacawapres, PKS dan PD menyerahkan sepenuhnya
kepada ARB untuk menunjuknya.
Sebelumnya, Panas telah melakukan
sejumlah manuver dengan menyebut beberapa nama untuk dijadikan Bacawapres ARB.
Panas pernah menyebut nama Jenderal (Purn) Andhika Perkasa, mantan Panglima
TNI. Kemudian muncul nama Khofifah Indar Parawansa, Gubernur Jawa Timur, yang
saat ini juga menjadi Ketum PP Muslimat NU. Seandainya Gibran Rakabuming Raka,
Walikota Solo, anak sulung Presiden Jokowi memenuhi syarat sebagai Bacawapres,
pasti Panas akan mengusulkannya.
Berdasarkan Peraturan Komisi
Pemilihan Umum (PKPU) No.3 Tahun 2022 tentang Tahapan dan Jadwal
Penyelenggaraan Pemilihan Umum Tahun 2024, Pencalonan Presiden dan Wakil
Presiden berlangsung sejak 19 Oktober 2023 hingga 25 November 2023. Maka
sekalipun Prabowo Subianto (PS), melalui Rakenas Partai Gerindara, dan ARB diumumkan oleh Panas, PKS dan PD sebagai
Bacapres 2024, keduanya belum dapat disebut sebagai Capres. Keduanya akan
menjadi Capres, sejak didaftarkan dan memenuhi seluruh persyaratan yang
kemudian ditetapkan dan diumumkan oleh KPU RI.
Dengan demikian, meskipun ARB dan
PS melakukan sosialisasi, keliling Indonesia memperkenalkan diri, keduanya
masih sebagai Bacapres, bukan Capres. Seseorang baru akan disebut sebagai
Capres jika dalam kurun waktu 19 Oktober 2023 hingga 25 November 2023
didaftarkan oleh Parpol atau gabungan Parpol yang memiliki 20 persen kursi di
DPR RI atau memiliki 25 persen perolehan suara nasional pada Pemilu 2019.
Sehingga semua manuver yang dilakukan oleh sejumlah Parpol termasuk gabungan
Parpol yang hendak mengusung ARB sesungguhnya “aksi caper†kepada publik.
Seluruh Parpol saat ini sedang mempersiapkan rekrutmen bakal calon legislative
(Bacaleg) di Parpol masing- masing . Seluruh Parpol juga sedang menunggu
keputusan Mahkamah Konstitusi (MK) RI tentang sistem pemilihan terbuka atau
tertutup untuk Pemilu Legislatif (Pileg).
Dari kondisi tersebut, Panas sesungguhnya
sedang melakoni peran demi meraih simpati publik untuk meningkatkan perolehan
suara dan kursi di Pemilu 2024. Bagi Panas, pencalonan ARB sesungguhnya tidak
prioritas, sehingga Panas tidak akan menarik kadernya sebagai menteri di
Kabinet Presiden Jokowi. Politik dua kaki, yang sedang dilakukan Panas semua
diorientasikan untuk membesarkan Panas. Pencalonan ARB sebagai upaya menarik
simpati dari basis pemilih PS yang mayoritas kini berubah haluan mendukung ARB.
Tetap bertahan di Kabinet Presiden Jokowi dengan harapan akan mendapat dukungan
dari sebagian loyalis Presiden Jokowi.
Bagi Kongres Rakyat Nasional (
Kornas ) sebagai rekan juang politik Bacapres Ganjar Pranowo, manuver politik
Panas hanya berorientasi pada kehendak untuk berkuasa. Slogan perubahan yang
dijadikan nama bagi koalisi Panas bersama PKS dan PD sesungguhnya slogan kosong
dan sama sekali tidak berkaitan pada ide dan gagasan perubahan. Kata perubahan
hanya dimaksud untuk menjadikan Panas sebagai leader baru kepemimpinan koalisi
untuk mengimbangi dominasi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP). Panas
ingin mengalahkan atau setidaknya mengimbangi suara PDIP di Pemilu 2024, maka
Panas harus mengusung Bacapres “antitesa Jokowiâ€, yakni ARB. Kornas meyakini,
jika kepentingan politik pragmatis Panas tidak dapat diakomodasi dengan
mengusung ARB sebagai Bacapres, maka Panas juga akan meninggalkan ARB.*
Sutrisno Pangaribuan
Presidium Kongres Rakyat Nasional ( Kornas )