Resensi Buku "TOBA - Seri Kaldera Nusantara ", Penulis : A. Ratdomopurbo et.al

Administrator Administrator
Resensi Buku "TOBA - Seri Kaldera Nusantara ",  Penulis : A. Ratdomopurbo et.al
Dok Pribadi
Mas A. Ratdomopurbo ( Pak Purbo), yang pakai dasi warna krem
Oleh : Sampe L. Purba


Membaca buku ini, kita seakan dibawa berselancar ke dunia ilmiah historis beraroma dongeng geologis yang dibungkus dengan pilihan kata yang renyah memikat dan mudah diikuti kaum awam. Terbentuknya Danau Toba dan Pulau Samosir di tengah danau misalnya. Itu tidak terlepas dari fenomena tektonis dan vulkanis. Tumbukan subduksi lempeng besar IndoAustralia dan Eurasia jutaan tahun lalu, merupakan aktivitas geodinamika raksasa yang membentuk patahan besar sesar Sumatera. Pergesekan ini menciptakan kantong kantong magma raksasa, yang mendorong penggembungan permukaan bumi ke atas. 


Dorongan aktivitas vulkanis di dapur magma yang bagaikan cairan bubur raksasa yang kaya akan silikon relatif ringan, tidak kuat menahan beban statis dari atas, mengakibatkan terjadinya letusan maha dahsyat. Peristiwanya sekitar 840.000 tahun yang lalu. Pusat ledakannya ada di bagian selatan Toba (wilayah Porsea - Silaen) yang endapannya dikenal dengan Old Toba Tuff. 


Sekitar 74.000 tahun yang lalu, terjadi letusan kedua kira kira di tengah Pulau Samosir yang sekarang. Letusan super volcano dahsyat ini, selain menggelontorkan debu maha dahsyat yang dibawa angin jauh ke Semenanjung Malaysia hingga ke dataran India,  mengakibatkan gunungan tanah di atas amblas nyungsep ke bawah, menekan lapisan magma yang lembek, dan  membentuk mangkuk raksasa seluas 100 km x 30 km yang dikenal dengan kaldera Toba. Kaldera Toba adalah Kaldera kedua terbesar di dunia, setelah Yellowstone di Amerika Serikat. Lubang cawan raksasa tersebut lama lama terisi air yang membentuk danau Toba yang sekarang.Visualisasi peristiwa tersebut dapat ditonton di youtube.

 

Selanjutnya, aktivitas magma di bawah dasar danau, di tambah dengan volume air yang berat mendorong  bagian tengah dasar danau ke atas yang kemudian menjadi Pulau Samosir. Peristiwanya terjadi sekitar 33.000 tahun yang lalu. Jadi Pulau Samosir adalah endapan muda (New Toba Tuff) yang lahir dari rahim Kaldera Toba. 


Bagaimana anda begitu yakin dengan peristiwa tersebut lengkap pula dengan tahun tahun kejadiannya ala tarombo silisilah Batak.  Di sinilah kepiawaian Pak Purbo (panggilan panggung populer Mas Ratdomopurbo - kelahiran Yogyakarta) menjelaskannya. 




Dengan mengutip hasil penelitian, publikasi dari orang orang berkompeten seperti R.W Bemmelen, Embahnya Geolog - Penulis buku The Geology of Indonesia, 1949, Prof. C.A Chesner - yang berhasil memetakan bathimetry - peta bawah air danau toba - dari Michigan Technology University), dan menganggap Samosir sebagai kampung halaman keduanya, serta hasil konferensi  para geolog dunia di Tuk-tuk Samosir, 2018 yang lalu, yang didorong Pemerintah untuk mempromosikan Kaldera Toba, penjelasan mas Purbo sangat mudah. Mengalir seperti membaca novel Kho Ping Hoo atau Api di bukit Manoreh. 


Sisa sisa jejak temuan terumbu karang di puncak pulau Samosir, maupun debu debu yang terjebak di berbagai singkapan lapisan tanah di Sigura-gura, dan dikaitkan dengan ilmu carbon dating yang mengukur umur karbon yang terjebak di lapisan stratigrafis (studi mengenai sejarah, komposisi dan umur relatif serta distribusi perlapisan tanah dan interpretasinya), para geolog dapat merunut rekaman peristiwa yang terjadi ratusan ribu tahun yang lalu dengan presisi tinggi. Hanya meleset hitungan beberapa tahun. Ini mirip dengan penguraian kriminalitas dalam filem filem seri di TV yang menggunakan pendekatan ilmiah mendeteksi DNA maupun jejak jejak tinggalan suatu peristiwa ala FBI. 


Metode ilmiah para geologis ini dapat menjelaskan kenapa dinding dinding batuan kapur granit di sekitar Sibaganding curam (yang kita dongengkan sebagai batu gantung), Danau Silalahi dan Haranggaol relatif lebih dalam, atau pantai Lumban Bulbul Balige landai dengan pasir berkilau. 


Pak Purbo, adalah seorang geologis vulkanologis (saat ini mengemban posisi penting di Badan Geologi, Kementerian ESDM). Ilmuwan lulusan Perancis ini pernah bertugas sebagai ChairWorld Organization of Volcano ObservatoriesData base Program, Senior Research Fellow, Nanyang University of Technology di Singapura beberapa tahun. Sambil mempersiapkan dan mengikuti conference, simposium dan lain-lain, penugasan tersebut menghantarnya ke pengembaraan dan interaksi sosiologis kultural ke berbagai sudut dan situs geologis di seluruh dunia. Itu juga yang melengkapinya dengan minat humanis dan keterampilan fotografi alam. 


Buku - Toba - Seri Kaldera Nusantara adalah bagaikan  buku peta wisata alam yang melengkapi kredensial untuk menjadi geopark dunia yang diakui UNESCO. Suatu kawasan akan ditetapkan sebagai kawasan geopark nasional apabila telah ditetapkan sebagai warisan geologi (geoheritage) yang terkait dengan keragaman geologi (geodiversity), keragaman hayati (biodiversity) dan keragaman budaya (cultural diversity). Buku - Kaldera Batur - seri kaldera Nusantara , karya beliau lainnya, telah menolong tumbuh dan dikenalnya pariwisata alam di daerah ceking Gianyar, Baliyang memberi tawaran segmen  yang berbeda kepada wisatawan manca negara. 


Atap rumah adat Batak yang melengkung dan rumah yang bersyaf berhadapan Utara - Selatan dan tidak Barat - Timur dapat dijelaskannya dengan peristiwa geologis. EndapanMagma Gunung Toba yang dimuntahkan, kaya dengan asam dan silika (SiO2) yang satu rumpun dengan batuan pasir mengkilat kuarsa. Sinar matahari yang ditangkap pasir kuarsa ini membantu menerangi halaman desa. Agar sinar matahari tidak terhalang, Ompunta Sijolo jolo tubu (para leluhur nenek moyang Batak di sekitar Danau Toba) dengan cerdas menyesuaikan bangunan rumah berhadapan Utara Selatan.


Atap rumah didesain melengkung (dengan tiga varian utama) untuk memastikan tiupan aerodinamika semilir angin mengalir lancar, menyediakan oksigen yang cukup bagi penghuni rumah yang relatif pengap dan miskin ventilasi. Ventilasi yang sedikit ini perlu untuk menahan panas dan melepasnya di malam hari, sehingga memberi kehangatan kepada penghuni rumah. Ini tipikal di daerah pegunungan yang dingin, seperti rumah adat Tongkonan di Toraja, misalnya. 


Untuk mengantisipasi gempa, pilar pilar tiang utama rumah dibaji dengan kayu keras yang liat, dengan simpul ikatan rotan. Kalau terjadi gempa, ada ruang fleksibilitas untuk bergoyang seirama dengan pelepasan energi sang raja padoha penguasa gempa (mitos batak zaman nenek moyang), tetapi bangunan tidak rubuh. Mirip dengan teknologi rel fondasi di Jepang mengatasi gempa bukan ?. Kearifan lokal yang bersahabat dengan alam. 


Melengkapi sentuhan humanis sosiologisnya, mas Purbo mengutip juga buku Vegouwen, J.C, Masyarakat dan hukum adat Batak Toba, 2004. Mas Purbo dengan lancar dapat menjelaskan kenapa tungku di letakkan di tengah tengah rumah. Itu berfungsi untuk memberi kehangatan ke seluruh penghuninya. Setiap keluarga adalah mandiri. Setiap keluarga punya periuk nasi masing-masing (marsibirongi hudonna be). Rumah panggung itu tanpa sekat, tetapi tidak terjadi pelanggaran susila. Sekat sekat imajiner itu merupakan norma yang mengatur tatanan interaksi masyarakat adat. (jempek siunang tokka lakkaan, timbo subang sinuruk).


Masih banyak hal hal humanis sosiologis lain yang diungkap di buku yang dilengkapi dengan ilustrasi dan jepretan foto foto indah ini. Di antaranya adalah jenis tanaman kopi yang berbeda cita rasa dari berbagai daerah, ornamen boraspasti (personifikasi dewi kesuburan) yang selalu menghadap ke bawah dan ukiran gorgarumah adat yang unik dan tidak boleh diwarisknan untuk keserasian penghuninya, varian varian aksara batak (mengutip Uli Kozok ahli aksara Batak kelahiran Jerman), jenis musik maupun kontur tebing dan lembah di sekitar danau toba dari perspektif geologis. 


Anda pernah dengar Tombak Sulu-sulu - Bakara, tempat nubuat kelahiran dan bertapa Sisingamangaraja I ?. Hutan bebatuan itu adalah singkapan batu gamping yang seumur dengan formasi Sibaganding yang terbentuk pada masa Mesozoikum. Sangat tua. Ternyata tempat kelahiran para pemimpinpun tidak sembarangan ya. (Saya jadi berfikir, pak LBP itu berasal dari daerah Silaen - di mana debu letusan awal tertua gunung toba mengendap. Apa sebuah kebetulan itu di zaman nowya).  


Sebagai salah satu buku ilmiah populer, penulis - Pak Purbo bersama pak Arief Prabowo dan ibu Ayu Sulistyowati - mempertahankan tradisi ilmiah yang ketat, dengan mencantumkan referensi,kutipan publikasi jurnal dan nara sumbernya. 


Buku ini dicetak di kertas berkwalitas bagus, hanya 100 an halaman. Karena merupakan edisi pertama, beberapa salah ketik masih ditemukan. Saya pikir buku ini sangat layak dilirik oleh Pemda Pemda di sekitar kawasan danau toba, atau oleh Badan Otoritas Danau Toba (apa kabar Chief?) untuk dijadikan sebagai souvenir. Kalau perlu dialih bahasakan ke Bahasa Inggeris. Atau barangkali Pak LBP (L.B Panjaitan) atau bang Hotman Paris tertarik meminta pak Purbo untuk menulis tematik seri berikutnya hal tinjauan geologis, sosial budaya di sekitar danau Toba. Jangan lupa ajak saya untuk memperkaya nara sumbernya ya. 

Horas 


Jakarta,    Pebruari 2020. 

Peresensi - adalah Putera kelahiran kawasan pebukitan Toba - tinggal di Jakarta. 

Komentar
Berita Terkini