MENDENGAR berita Minggu pagi, 2 Oktober, serasa ngeri,
gentar dan takut, Tapanuli Utara diguncang gempa bumi dengan kekuatan 6.0 pada
skala richter, dan berita kerusuhan
penonton sepakbola di stadion Kapunjuran Malang dengan korban meninggal
130-an jiwa.
Berita terakhir korban jiwa di stadion Kapunjuran ini
menurut Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa kemarin, berjumlah 131 orang
sementara yang luka-luka masih dirawat 32 orang lagi. Presiden Joko Widodo
sudah meninjau langsung para korban di Rumah Sakit sekaligus memeriksa kondisi
stadion Kapunjuran tempat tragedi tersebut.
Sebelumnya Pemerintah telah membentuk Tim Gabungan Independen
Pencari Fakta (TGIPF) untuk dapat
mengambil keputusan bagaimana mengatasi agar tidak terjadi lagi tragedi seperti
itu di kemudian hari.
Hasil kerja TGIPF seyogyanya dijadikan rujukan sekaligus
menyimpulkan siapa yang bertanggung jawab, dan apabila ditemukan ada kesalahan
sudah sewajarnya disesuaikan dengan peraturan yang berlaku.
Dan dengan hasil tim tersebut, kiranya didapat suatu
formulasi dengan mengadekasi semua pihak agar tercapai kerjasama yang harmonis
semua pihak sehingga tidak terulang hal serupa di setiap keramaian.
Kembali ke masalah gempa bumi di Tapanuli Utara dan
sekitarnya, kalau tidak salah gempa bumi juga terjadi tanggal 26 April 1987
dengan kekuatan 6,6 SR dengan memakan korban beberapa orang. Tapi puji Tuhan
tahun ini tidak ada korban jiwa, walaupun kerugian materi mungkin jauh lebih
besar sekarang ini.
Menanggapi gempa bumi tersebut Ephorus Huria Kristen Batak
Protestan (HKBP) Pdt. Dr. Robinson Butarbutar mengeluarkan press release dengan
seruan “Bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu! Demikianlah kamu memenuhi
hukum Kristus.†sebagaimana tertulis dalam Galatia 6:2.
Ephorus mengimbau, dengan mengatakan: “Untuk meringankan
beban para korban yaitu warga jemaat dan masyarakat serta gereja yang terdampak
gempa, kami mengundang uluran tangan dari seluruh saudara-saudari.â€
Memudahkan mengirim bantuan diminta agar dapat disampaikan
lewat rekening Kantor Pusat HKBP BNI No. Rek. 0061254193 a.n Kantor Pusat HKBP
dengan nara hubung: Pdt. Debora Purada Sinaga, MTh. : HP WA 081361398310 (Kadep
Diakonia) dan Pdt. Munaris Simatupang, MTh.
: HP WA 081310996635 (Bendahara Umum).
Mengingat himbauan Ephorus sebagaimana tertulis dalam
Galatia 6: 2 dalam hata Batak sungguh jauh lebih menggugah hati sanubari bagi
pengguna Bibel (alkitab bahasa Batak) dengan kata-kata: “Masiurupan ma hamu
mamorsan angka na dokdok i; i ma dalan mangaradoti patik ni Kristus.†Lebih
bagi yang lahir di Bona Pasogit, kata-kata : “masiurupan†“mamorsan†“na
dokdok†serasa langsung menusuk perasaan. Hampir sulit menemukan padanan
kata-kata tersebut dalam bahasa Indonesia,
: “masiurupan†“mamorsan†“na dokdokâ€.
Mudah-mudahan dengan memaknai kata-kata tersebut, semua
tergerak hatinya mengulurkan tangan dari sebagian berkat Tuhan yang diperoleh
masing-masing sebagai “dalan mangaradoti patik ni Kristusâ€, untuk meringankan
beban korban gempa bumi di Tapanuli Utara tersebut.
Berita gempa di Tapanuli Utara seolah tenggelam, karena
“kalah†dengan berita “Tragedi Duren Tiga†Jakarta Selatan yaitu pembunuhan
berencana polisi oleh polisi dengan kasus Sambo cs, selain itu juga pada hari yang bersamaan dengan “Tragedi
Kanjuruhan†Malang dengan korban jiwa 131 orang seusai pertandingan sepak bola
antara Persebaya Surabaya dan Arema FC Malang.
Sebelumnya dalam press release tersebut, Ephorus menyatakan,
segenap Pimpinan beserta seluruh Pelayan HKBP berduka dan prihatin atas keadaan
yang menimpa Kabupaten Tapanuli Utara dan sekitarnya.
Gempa bumi dengan kekuatan 6.0 SR tersebut berpusat di
Parmonangan, Tapanuli Utara pada dini
hari 1 Oktober 2022 pukul 02:28 Wib disertai dengan gempa-gempa susulan hingga
pagi harinya. Menimbulkan kerusakan banyak bangunan dan harta benda menimbulkan
korban luka di kota Tarutung, Siborongborong, Aek raja, Huta Tinggi,
Parmonangan dan lain-lain.
Selain bangungan rumah warga yang mengalami kerusakan sedang
sampai kerusakan berat sejumlah Gereja HKBP seperti Siranggigit, Tinggi, Pansur
Napitu dan Tarutung Kota mengalami kerusakan cukup parah.
Tidak hanya itu sejumlah bangunan Kantor Pusat seperti
gedung Raja Pontas, Rumah Dinas Ephorus di Pearaja Tarutung, Museum dan Arsip
HKBP di Seminarium Sipoholon juga mengalami kerusakan. Sampai hari ke-6 setelah
gempa bumi tersebut, belum banyak diketahui sudah sampai seberapa jauh
penanggulangan terhadap akibat bencana itu baik pemerintah pusat maupun
pemerintah daerah.
Kunjungan dan bantuan Gubernur Sumut Edy Rahmayadi tentu
sungguh meringankan beban para korban, tetapi penanggulangan menyeluruh bagi penduduk yang trauma termasuk
orang-orang yang sakit tentu masih membutuhkan perhatian besar.
Mudah-mudahan pemerintah cepat menginventarisasi kerusakan
fasilitas umum sekaligus memperbaikinya serta membantu masyarakat yang
menderita kerugian sekaligus memulihkan kehidupan sosial setempat.
Sungguh menggugah dan menuntun apabila kita merenungkan
“Masiurupan ma hamu mamorsan angka na dokdok i; i ma dalan mangaradoti patik ni
Kristus.â€
Tentu seruan Ephorus HKBP tidak hanya kepada jemaat HKBP
saja, tetapi kepada semua masyarakat untuk bertolong-tolongan menanggung “beban
berat†dengan sesama dalam kasih dan kesetiakawanan, dalam iman dan berdoa kepada
Allah yang berbelas kasih. *
Penulis adalah wartawan senior dan advokat berdomisili di
Jakarta.