"Batak itu identitas aku, aku ini dari suku Batak, originally dari Sumatra Utara. Jadi, dengan menggunakan nama Batak, saya berbicara tentang diri saya sendiri, tidak bicara tentang orang lain. Jadi itu autentik, di pasar Amerika menjadi signifikan dan ciri khas yang membedakan saya dengan produk dan desainer lain," ujarnya.
Metrini hijrah ke Amerika pada tahun 2009 dan setelah mengikuti sejumlah kursus fashion, ia memutuskan untuk memilih karir sebagai desainer. Ia memibidik segmen pembeli yang berpotensi membeli baju rancangannya.
"Untuk penutup, tema saya ‘Meet the Millennials’ yang identik dengan orang-orang yang mempunyai wawasan lebih dari generasi sebelumnya. Artinya mereka lebih suka untuk mengetahui budaya lain," imbuh Metrini.
Di bawah naungan unit usaha "Batax," Metrini juga punya usaha produk dekorasi rumah dari kayu yang ia rancang sendiri dan produk perhiasan yang ia jual di sebuah kedai kopi dan online.
"Penjualannya sangat sukses. Banyak orang datang dan mengagumi dan ada yang membeli. Juga menjadi kesempatan untuk berbicara tentang Indonesia dengan orang-orang yang ke sini," kata Kirk Hansen, pemilik kedai kopi Old City Market and Oven.
Setelah New York Fashion Week, Mertini memamerkan karyanya di Washington, DC Fashion Week. Metrini berharap suatu hari nanti bisa membuka butik yang menjual busana rancangannya di kota New York.(voaindonesia)
Jasa SEO SMM Panel Buy Instagram Verification Instagram Verified