Medan (Pelita Batak):
Orang Batak dalam konteks hamajuon Indonesia adalah salah satu unsur yang memperkaya keberanekaragaman di negeri ini.Peran orang Batak senyatanya tidak kecil dalam membangun ke-Indonesia-an di berbagai aspek kehidupan, sosial, ekonomi, politik, dan budaya bangsa. Ini bermakna, orang-orang Batak punya kemampuan adaptif dalam menempatkan diri, sekaligus eksistensi kebudayaannya di tengah berbagai eksitensi kebudayaan berbagai suku bangsa lain di negeri ini.
Hal itu disampaikan Prof Dr Hotman M Siahaan, dalam Seminar Tahun Keluarga HKBP Distrik X Medan-Aceh, 21 Mei 2016 di Hotel Danau Toba, Medan. "Sebagai identitas, hubungan sosial, termasuk hubungan kekuasaan masyarakatBatak, berada dalam konteks ginealogis, yang merupakan suatu kesatuan darah, baik karena ikatan marga atau keturunan (kinship relation) maupun ikatan perkawinan (affinity relation) dalam hubungannya dengan teritorial, mulai dari peringkat huta, horja, dan bius," ujarnya.
Menurutnya, orang Batak sesungguhnya punya kesadaran kuat mempertahankan identitasnya ditengah arus hamajuon, di tengah meluasnya interaksi sosial baik berskala nasional maupun global. Namun kuatnya kesadaran mempertahankan identitas hubungan sosial dalam konteks Dalihan Na Tolu ini lebih dipahami dalam pengambilan sikap budaya sebagai resipien daripada sebagai agen, lebih bersikap pasif daripada aktif, lebih memandang Dalihan Na Tolu sebagai kata benda daripada sebagai kata kerja.
Sikap budaya sedemikian ini bukan saja menimbulkan ambivalensi dalam menghadapi hamajuon --perubahan sosial--yang begitu intens dan luas di tengah kemajemukan masyarakat Indonesia, tapi juga dalam menghadapi arus globalisasi di era milenial.(**)