Natal Oikumene, Dr RE Nainggolan,MM : Mari Rajut Persaudaraan di Tahun 2017

Administrator Administrator
Natal Oikumene, Dr RE Nainggolan,MM : Mari Rajut Persaudaraan di Tahun 2017
Ist|PelitaBatak
Dr RE Nainggolan MM, Gubernur Sumut, Menteri Hukum dan HAm, Ketua FKUB Sumut, di sela-sela perayaan natal Oikumene Sumut

Medan (Pelita Batak) :
Tokoh masyarakat Sumut Dr RE Nainggolan,MM dalam sambutannya pada perayaan Natal Oikumene Provinsi Sumut di Stadion Teladan Medan, Jumat (30/12/2016) mengajak seluruh masyarakat untuk merajut persaudaraan di tahun 2017. Sebab, perbedaan yang ada di dunia ini bukan semata terjadi begitu saja.

Ia mengatakan, lewat sub-tema: “Dalam Damai dan Sukacita Natal, Kita Membangun Persaudaraan Sejati dan Perdamaian Lestari”, sangat tepat untuk memulai kebersamaan dan persaudaraan.

"Betapa tidak, kalau kita kembali kepada asal muasal dari kehidupan manusia, kita semua sesungguhnya adalah bersaudara. Seluruh manusia, berasal dari Adam dan Eva. Dengan demikian, subtema ini sejatinya adalah sebuah renungan dari relung hati yang paling dalam, bahwa pada hakikatnya, kita semua memang saudara sejati, yang senantiasa memimpikan perdamaian yang lestari," ujarnya dalam acara yang dihadiri Menteri Hukum dan HAM, Yasonna H Laoly, Gubernur Sumut H T Erry Nuradi, Ketua Panitia Natal Parlindungan Purba MM, sekretaris Penyabar Nakhe dan ribuan undangan dan jemaat yang hadir.

Kita menyadari, lanjutnya, setiap manusia pastilah punya perbedaan. Bahkan mereka yang kembar identik sekalipun, masih memiliki perbedaan satu sama lain. Karena itulah hakikat kemanusiaan. Itulah ciptaan dan kehendak Tuhan sendiri, bahwa manusia diciptakan berbeda-beda, dan dengan itu hidup menjadi lebih berwarna.

Akan tetapi, kita semestinya lebih fokus kepada persamaan, karena sesungguhnya di atas semua perbedaan itu, hakikat persamaan jauh lebih besar dan lebih dahsyat.

Ini penting menjadi renungan kita dalam suasana Natal ini, karena pesan Natal yang paling hakiki, adalah menyampaikan pesan kedamaian bagi umat manusia.

Jika kita mencermati perkembangan kehidupan kemasyarakatan belakangan ini, baik di di dalam negeri, maupun di berbagai belahan dunia lainnya, ada kecenderungan yang kuat, munculnya benturan yang memancing terjadinya ujaran kebencian, dengan mengungkit dan menonjolkan perbedaan, yang menimbulkan saling curiga satu sama lain, yang pada gilirannya bisa menghilangkan hakikat persaudaraan itu.

Kita tentu senantiasa berharap dan berupaya, agar generasi muda kita semakin meningkatkan kemampuan intelektualitasnya, di samping kecerdasan emosionalnya. Namun selama ini, kita lebih  memberi perhatian pada sisi intelektualitasnya.

Daniel Goleman, seorang penulis, jurnalis sains, dan psikolog terkemuka dunia asal Amerika Serikat mengatakan, bahwa kecerdasan emosional ternyata jauh lebih berperan membentuk kepribadian dan keberhasilan seseorang, dibanding dengan kemampuan intelektual. Walaupun kemampuan intelektual tentunya tetap sangat penting.

Secara umum, ada 5 sisi dari kecerdasan emosional, yaitu kemampuan untuk memahami diri sendiri, kemampuan untuk memahami orang lain, kemampuan untuk memotivasi diri sendiri, kemampuan untuk memotivasi orang lain, dan terakhir, aspek yang sangat penting, adalah kemampuan untuk membangun hubungan dengan orang lain.

Secara khusus, keberhasilan kita dalam membangun hubungan dengan orang lain, ditentukan oleh seberapa jauh kita bisa menempatkan diri di tengah-tengah pergaulan dan kehidupan kebangsaan.

Sikap mengalah bukan berarti kita kalah. Demikian pula, sikap rendah hati sangatlah berbeda dengan merendahkan diri sendiri.

Kehidupan kemanusiaan sangat ditentukan oleh hubungan personal antara satu dengan yang lain, yang senantiasa mengedepankan persamaan dan kesamaan cita-cita, pikiran, dan kehendak, dan pada saat yang sama, menerima perbedaan yang ada sebagai esensi kemanusiaan, sebagaimana kita sebut sebelumnya.

Kelima sisi inilah yang harus kita tanam dan tumbuhkan di dalam diri kita, khususnya kepada generasi muda. Kita bisa melihat kenyataan, bahwa orang yang memiliki kecerdasan emosional yang baik, umumnya lebih berhasil dalam kehidupan kemasyarakatan, dan tidak jarang menjadi pemimpin bagi mereka, yang sesungguhnya punya kecederdasan intelektual lebih tinggi.

"Kita prihatin mencermati fenomena penggunaan media sosial belakangan ini. Kurangnya kecerdasan emosional, berpotensi membuat orang tidak bijak menggunakan kata-kata, dan tidak bisa mempertimbangkan dampak yang akan ditimbulkan oleh ujaran dan tulisan, serta konten yang dia sebar di media sosial," jelasnya.

Karena itu kita harus merenungkan dan menghayati pesan Presiden RI, Bapak Joko Widodo, untuk menyambut Hari Ibu beberapa hari yang lalu: "Jangan Biarkan Anak Sebarkan Fitnah di Media Sosial."

Dalam kaitan itu, harapnya, agar Pemerintah, khususnya Pemerintah Provinsi dan Kabupaten Kota di Sumatera Utara, berkenan kiranya dalam berbagai kurikulum pendidikan, dapat memberi porsi yang lebih besar terhadap upaya mengembangkan kecerdasan emosional, pada setiap anak didik. Agar kelak, mereka bisa menjadi orang yang semakin berhasil dalam kehidupan, namun di saat yang sama, menjadi manusia rendah hati, dan memiliki kepekaan kemanusiaan, serta mengedepankan kecintaan terhadap bangsa dan negara, di atas kepentingan yang lain.

Dalam kesempatan itu, RE Nainggolan menyampaikan Selamat Hari Natal 25 Desember 2016, dan Selamat Tahun Baru, 1 Januari 2017. Semoga tahun 2017, senantiasa mendapat berkat yang berlimpah dari Tuhan. Mari bertekad dalam hati kita masing-masing, bahwa Tahun 2017, adalah Tahun Persaudaraan, Tahun Persahabatan, bagi segenap warga masyarakat, khususnya di Sumatera Utara.(TAp)

Komentar
Berita Terkini