Elco Kita Marbun,SE Pencipta Lagu “HORAS BANGSO BATAK”

Administrator Administrator
Elco Kita Marbun,SE Pencipta Lagu “HORAS BANGSO BATAK”
IST|Pelita Batak
Elco Kita Marbun SE saat bersama Ketua Umum Horas Bangso Batak Lamsiang Sitompul, SH dan yang lainnya pada satu kesempatan

Medan (Pelita Batak):

'Horas Bangso Batak' beberapa tahun terakhir santer dibicarakan setelah organisasi berbasis kesukuan yang diketuai Lamsiang Sitompul, SH terbut dideklarasikan pada 19 Januari 2019 silam. Seiring berjalannya waktu, organisasi bergerak dan berkembang hingga terbentuk di perwakilan dan cabang di seluruh nusantara. Berbagai dukungan dari sejumlah tokoh pun berdatangan dengan nilai positif yang dilahirkan Horas Bangso Batak (HBB) di tengah kehidupan sosial bermasyarakat, terutama dalam menjunjung tinggi kebhinnekaan di Indonesia.

Belum lama ini, sebagai bentuk wujud dan tujuan HBB itu sendiri, diciptakan sebuah lagu dalam bahasa Batak Toba yang berjudul 'Horas Bangso Batak'. Lagu yang sederhana namun sarat makna, bahkan ada pesan dengan makna besar dalam lagu tersebut.

Lagu 'Horas Bangso Batak' itu sendiri diciptakan seorang tokoh batak yang selama ini menggeluti usaha properti di Sumatera Utara. Namanya tidak begitu familiar, persis seperti kepribadian yang tetap santun dan rendah hati.

Elco Kita Marbun, SE, pria kelahiran Helvetia Medan, Sumut 16 Oktober 1962 yang merupakan anak ke 8 dari 9 bersaudara dari pasangan J. Marbun dan A. Situmeang.

Pria dengan segudang hobi ini, khususnya di bidang seni musik dikaruniai satu orang putra dan dua putri dari pernikahannya dengan istri tercintanya Roulina br Sinaga. Dukungan dari istrinya, menurut Elco sangat besar dampaknya bagi kelangsungan hari-harinya dalam menggapai berbagai hal.

Elco sangat bersyukur, Tuhan menunjukkan pendamping hidup yang menjadi penopang dalam perjalanannya hingga hari ini bisa tetap sehat dan melakukan sejumlah aktivitasnya. Bahkan dia sangat merasakan, tuntunan Tuhan dalam hidupnya setelah memulai bahtera rumah tangga dengan istri tercintanya.

Elco anak ke 8 dari 9 bersaudara dari buah hati J. Marbun dan ibunya A. Situmeang meniti pendidikan SD dan SLTP di Sekolah Pendidikan Markus, Medan, dan berhasil lulus di SMA Negeri 2 Helvetia, hingga menyelesaikan pendidikan tingginya di Universitas Setia Budi Mandiri Medan Jurusan Ekonomi.

Kegemarannya bermain gitar akustik. Meski otodidak, kemampuannya memetik dan bercumbu dengan senar gitar cukup mumpuni hingga beberapa momen bersama keluarga kecilnya dihabiskan dengan bernyanyi bersama. Juga beberapa diantaranya di upload di channel youtube nya. "Biar jadi kenangan nantinya," ujarnya dengan lembut.

Elco adalah sarjana ekonomi dari Universitas Setia Budi Mandiri Medan. Sementara masa belianya dihabiskan dengan bersekolah di SD dan SLTP di Sekolah Pendidikan Markus, Medan, dan berhasil lulus di SMA Negeri 2 Helvetia.

'Palambas' Kenangan


Tidak semudah membalikkan telapak tanga, namun hari-hari sulit namun nikmat harus dilalui. Hal itu jugalah, yang senantiasa membuat Elco menghargai setiap kerja keras orang-orang disekitarnya. Bukan hal besar yang membuat seseorang menjadi besar, namun hal sederhana dan kecil dalam hidup ini adalah cara Tuhan menempah setiap orang yang benar-benar mau dituntun.

Meski awlanya merasa tidak nyaman dengan kemampuan pas-pasannya, Elco bersama dua rekannya Bosar Pasaribu,SH., dan Maslen Simangunsong,SH mengisi live musik di sejumlah hotel berbintang di Medan. Meski belum menjadi penampil utama, mereka tetap bersyukur karera selain menyalurkan hobi, juga bisa menambah kocek mereka.

“Grup kami waktu itu kami buat Palambas, saya waktu itu ada Bosar dan Maslen, kami bersama dan semua kami syukuri," ujarnya.

Kala itu, Elco 'mengamen' di hotel berbintang untuk kehidupan keluargannya. "Puji Tuhan, dengan musik yang saya geluti dan mengisi musik hiburan di hotel-hotel berbintang di Medan, dapat menghantarkan putra/putri kami ke perguruan tinggi dan biaya sehari-harinya," katanya.

Elco sendiri menggeluti gitar akustik melodi latin berwarna musik daerah dan spanyol.

"Lebih kurang 15 tahun kami mejalani sebagai pengamen dalam mengisi musik hiburan di hotel-hotel berbintang di Medan aliran akustik melodi latin nuansa warna musik Daerah dan Spain," kata Elco yang juga aktif di Organisasi Horas Bangso Batak dan penasehat di Asosiasi Artis Musik Naipospos (ASAPOS). 

Sebelumnya, Elco juga ternyata telah menciptakan sejumlah lagu. Pertama sekali, karyanya diberi judul “Mungkinkah Sirna”. Lagu-lagu ciptaannya pun berisikan isi hati dan pengalamannya.

Banyak kisah yang dia kenang dari kegiatannya mengisi sejumlah tempat hiburan di malam hari kala itu. "Pulang kerja dini hari, saya diteriaki maling gitar. Saat unjukrasa menjelang reformasi 98 itu," kisah Elco. Elco kala itu mengendarai sepeda motornya dan terus melaju melewati kerumuman massa sembari berdoa dalam hati menyerahkan seluruh keselamatannya kepada Tuhan.

"Tiba di rumah, saya lega tidak kenapa-kenapa. Dini hari itu, saya ingat betul itu, habis ngamen di Hotel Asean. Awalnya jalanan begitu sepi awalnya, tiba-tiba saya diteriaki maling karena saya memang bawa gitar saya," kenangnya.

Dalam perjalanan karirnya di dunia permusikan, Elco mengaku sangat kagum dengan Iis Sugiarto dan Dian Pisesa. 

“Saya sangat mengagumi artis legendaris seperti Iis Sugianto dan Dian Pisesa," kata Elco.

Awal tahun 2010, panggung hiburan diguncang dengan berkembangnya teknologi. Membuat sejumlah group musik tutup dan memaksa mereka mencari jalan lain untuk berkarya. Gorup Palambas juga ikut terimbas.

Elco yang merupakan pekerja keras dan berani ambil resiko, memilih jalan lain. Memulai bisnis property tidak terlalu asing baginya karena sudah pernah menggeluti dunia kontraktor sebelumnya.

Beruntung, Elco mendapat kesempatan memulai bisnisnya untuk pembangunan sejuta rumah 'Senada Residence) di lokasi transit menuju Bandara Internasional Kuala Namu.

"Aku pasti bisa. Itu saja yang saya tanamkan dalam pikiran saya," ujarnya memotivasi diri sembari menceritakan pada akhirnya dia menyelesaikan property sejuta rumah dengan jumlah 120 unit dan kini hanya tersisa 12 unit lagi yang belum berpenghuni.

Sejak itu, sejumlah komplek perumahan yang dia bangun bersama tim nya, terus berkembang.

“Ada banyak perumahan yang telah kita bangun dan semuanya telah laku. Dan saat ini proyek property yang telah rampung kita kerjakan yakni Senda Residence dengan jumlah 120 unit, dan tersisa 12 unit yang belum berpenghuni," papar Elco.

Pun kesuksesan di bidang property kini dia rasakan, jiwa seni musik dalam dirinya tidak bisa dia lepas begitu saja. Dalam waktu dekat, ia sudah mengantongi judul lagu yang akan diorbitkan. "Lagu dengan tema keluarga, ikatan anak dan orangtua," ujarnya membocorkan informasi lagunya.

 

Lagu 'Horas Bangso Batak'

Tidak semata hanya menyusun kata demi kata hingga menjadi sebuah lirik lagu. Elco Kita Marbun memiliki makna tersendiri dan mungkin akan bisa diterima oleh semua kalangan khususnya Bangso Batak, makna yang tersirat dalam lirik lagu 'Horas Bangso Batak'.

Terkandung didalamnya makna falsapah 'Dalihan Na Tolu' yang menjadi salah satu sumber norma dalam kehidupan sosial bermasyarakat orang Batak.

Dalihan Na Tolu adalah filosofis atau wawasan sosial-kulturan yang menyangkut masyarakat dan budaya Batak. Dalihan Natolu menjadi kerangka yang meliputi hubungan-hubungan kekerabatan keturunan dan hubungan perkawinan yang mempertalikan satu kelompok. Dalam adat batak, Dalihan Natolu ditentukan dengan adanya tiga kedudukan fungsional sebagai suatu konstruksi sosial yang terdiri dari tiga hal yang tidak terpisahkan.

 

Dalihan Na Tolu, yaitu Somba Marhulahula (hormat kepada keluarga pihak Istri), Elek Marboru (sikap membujuk/mengayomi wanita), Manat Mardongan Tubu (bersikap hati-hati kepada teman semarga). Nilai-nilai dalam budaya dan adat itiadat Batak saat ini banyak mengalami degradasi, kontaminasi budaya-budaya impor mulai bercampur baur sehingga originalitas budaya Batak kini semakin jauh dari makna sesungguhnya.

Untuk itulah, tutur Elco, setiap kali menghadiri acara adat Batak belakangan ini, seolah ada pesan yang dia terima untuk kemudian perlu dipesankan kepada generasi masa kini dan yang akan datang. "Ada di sana nilai dan makna yang harus terus diingatkan agar generasi ini tidak melupaknnya," ujarnya.

Lagu karnya nya yang kini dipersembahkan untuk HBB menjadi pesan moral tentang bagaimana siapa dan oleh siapa adat Batak itu berlangsung. Terlebih bagi masyarakat Batak diaspora dimana pun berada. Diaransemen dengan iringan musik nuansa uning-uningan dan musik modern. Tabuhan gondang dan seruling menjadi ciri khas dalam lagu ini.

"Lewat lagu ini, mari kembali bersatu menjadi sebuah bangso yang memiliki budaya dan integritas tinggi. Kebersamaan, persatuan akan membuat kita saling menopang meraih kemajuan di masa yang akan datang," ujarnya.

Dijelaskan, lagu yang didedikasikan untuk keluarga besar HBB ini dipopulerkan oleh Antonio Manurung The Voice 4 Indonesia yang saat ini sedang menjalani perkuliahan di STMIK TIME Medan. Musik yang diaransemen dan diciptakan oleh Asian Tony Marbun,SPd. Digodok di studio musik dikomandoi oleh Vany Monica Marbun,Amd.

(TAp)

Komentar
Berita Terkini