Guru Domitian Siungkap Langit-langit

Administrator Administrator
Guru Domitian Siungkap Langit-langit
Ist|PelitaBatak

DI TENGAH semakin enggannya orang sekarang ini menulis dengan bahasa daerah serta menerbitkan buku, muncul Pendeta Emiritus Tumpak Siahaan STh menulis buku Torsatorsa Hata Batak dengan judul “Guru Domitian- Siungkap Langit-langi”.

Buku Guru Domitian ini sungguh memiliki ke-khas-an tersendiri dibanding buku-buku “hata” Batak tulisan orang lain. Hal itu tercermin dari pengutaraan penulis sebagai Pendeta kurang lebih 39 tahun di tengah-tengah masyarakat Batak yang kebanyakan terutama jemaatnya yang penuh dinamika dan karakter tersendiri.

Memang harus diakui bahwa buku “hata” Batak Toba tidak ada selengkap Bibel, yang diterjemahkan dan ditulis Herman Neubronner van der Tuuk. Dengan tugas dan tanggung jawab sebagai Pendeta yang menggumuli Bibel, maka penggunaan “hata” Batak asli tidak asing bagi Pendeta Tumpak. Mengapa disebut “hata Batak asli, karena orang-orang Batak tidak banyak lagi yang mampu berbahasa Batak asli, jangankan asli yang berbicara “hata” Batak saja sudah jarang sebab sudah terresepsi dengan Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan.

Di sinilah ke-khas-an buku “Guru Domitian” ini yang menggambarkan peranan penting para guru di tengah-tengah masyarakat dalam memberi pedoman hidup serta cara menghadapi permasalahan seturut dengan perkembangan jaman dalam untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia yang dapat ditiru dan dilaksanakan masyarakat dengan mengedeparkan Hak Azasi Manusia serta Kewajiban Azasi manusia.

Diceriterakan bagaimana masa kecil Hermanus Domitian yang menjadi guru di tengah masyarakat bersama teman-teman seangkatannyamenjadi guru, tidak hanya di sekolah tetapi memberi teladan bagi masyarakat sekelilingnya guna menggapai masyarakat aman dan damai, tanpa pertentangan dan pembenturan.

Tidak salah apabila pembaca berkesimpulan bahwa isi buku “Guru Domitian, Siungkap Langit-langit” berisi nasehat serta penggembalaan sesuai dengan isi kitab suci yang diterjemahkan ke dalam kehidupan masyarakat dengan mengangkat topik=topik yang ada dalam hidup sehari-hari orang Batak dan mungkin juga di komunitas lain, sepeti suku dan daerah di mana masyarakatnya butuh peningkatan pengetahuan dan perilaku yang membawa kedamaian dengan menekankan perlunya keseimbangan hak dan kewajiban.

Frmgam kata “Siungkap Langit-langit” yang kalau diterjemahkan kurang lebih “yang membuka plafon rumah”. Kurang lebih, mungkin, maksud penulis, bahwa “Guru” adalah “pembuka tabir ilmu pengetahuan dan perilaku yang baik dan benar”, oleh karenanya pengalaman Pedeta Tumpak sebagai “Gembala” Jemaat di komunitas Batak menerjemahkan Alkitab ke dalam kehidupan Halak Batak Toba, dengan berbagai cerita tanpa menggurui dengan ayat-ayat firman Tuhan.

Alasan Pendeta Tumpak menulis buku ini dengan “Guru Domitian” adalah karena “Bosi patajom bosi, jolma patajom jolma” artinya’ Besi menajamkan besi, dan manusia mencerdaskan manusia”, di situlah peranan para guru dalam mengajar dan mendidik masyarakat.

Harus diakui beratnya “Hata” Batak Toba asli, mungkin bagi para pendeta HKBP-pun yang menggumuli Bibel Batak Toba sudah harus menggunakan kamus bila ingin mendalami beberapa kata di dalamnya.

Untung masih ada sastrawan Batak masa kini Saut Poltak Tambunan yang mampu mengeditnya, kalau sembarangan Editor, pasti berpikir ulang mengerjakannya, sebab sulit mengedit sesuatu kalau kata2nya tidak bisa dipahami dengan alur maksud dan tujuannya.

Buku setebal 228 halaman ini terdiri dari 5 Bab, pertama tentang keberadaan Hemanus Domitian halam 1-59 dengan 13 judul, Bab 2 dari hal 63-94 dengan 9 judul yang kesemuanya penuh petuan dan nasehat termasuk penggunaan istilah misalnya “Monang di ujung” artinya “kemenangan terakhir”.

Bab 3 hanya 3 judul dari halaman 101-109 hanya dengan tiga judul yang sulit dimengerti kalau tidak membaca menyeluru, misalnya “Parroha Simulak-Ulak”, “Madabu tu Hapas” dan “Hata Na Marboras”.

Yang p[aling padat dengan pesan adalah Bab 4 dengan judul “Barita Masa” kurang lebih artinya “berita tentang peristiwa” sebanyak 23 judul yang uniknya, semua menggambarkan apa mengapa dan bagaimana yang terjadi di masyarakat mulai dari halaman 113 sampai halaman 228 sarat dengan filosopi kehidupan dengan berbagai cerita yang tujuan dan maksudnya adalah bagaimana untuk mencapai hidup yang tenteram aman dan damai walaupun menghadapi berbagai gejolak, konflik dan pencobaan.

Dengan membaca buku “Guru Domitian” ini paling sedikit menangkal proses cepatnya “punah” bahasa daerah terutama “hata” Batak Toba. Sebab sadar atau tidak, harus diakui bahwa orang Batak Toba sudah bergerak maju ke bahasa Nasional, sebagai contoh, anak-anak Sekolah Minggu di Bona Pasogit sudah lancar berdoa dalam Bahasa Indonesia, alasan orangtuanya, supaya tidak canggung bergaul, harus diakui suatu upaya mempersiapkan generasi muda di tengah-tengah perkembangan jaman.

Bagaimana “Hata” Batak Toba bisa bertahan mungkin sulit untuk menjawab, sebab “Kata” Batak saja yang menggunakannya tidak banyak mungkin hanya gereja-gereja seperti: Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) dan Punguan Kristen Batak (PKB), Gereja BatakKaro Protestan (GBKP), Gereja Kristan Batak Angkola (GKPA) tentu bukan hanya beban mereka saja untuk mempertahankan “namanya” Batak.

Perlu diketahui menurut UNESCO, badan dunia yang mengurusi pendidikan dan kebudayaan di Indonesia ada 178 dan pada tahun 2019 11 diantaranya sudah dinyatakan punah karena tidak ada lagi yang menggunakan.

Informasi lain, menurut Ethnologue, sebuah basis data statistik berbasis web bahasa-bahasa dunia, total ada 138 bahasa daerah Indonesia telah diberi label “terancam” 98 bahasa, “hampir punah” (28 bahasa dan “pnah” (12 bahasa) tertanggal 24 Oktober 2016, dan tahun 2021 (24 bahasa) mulai mengalami kemunduran dari segi penuturnya.

Dalam kondisi tersebut, memberi harapan apabila banyak yang mengikuti langkah Pedeta Tumpak, akan memperlambat kemunduran penuutur “hata” Batak Toba, dan untuk itu perlu dibaca “Guru Domitian” tidak hanya ceritanya yang menarik tetapi juga pesan yang terkandung di dalamnya.***

Bachtiaar Sitanggang

Komentar
Berita Terkini