Tentang Tortor dan Tari Batak Toba itu....(Bagian 1)

Administrator Administrator
Tentang Tortor dan Tari Batak Toba itu....(Bagian 1)
Courtesy Youtube
Beberapa konten tortor di Youtube
Oleh : Sampe L. Purba

 

Belum lama ini ada perbincangan serius di satu komunitas, sehubungan dengan dipostingnya satu "tutorial gerak dasar tari batak toba", yang sepertinya diperankan oleh bukan orang batak toba. Logat bicaranya enak dan orangnya good lookinglah. Banyak rekan yang memberi comment yang kurang positif atas "tutorial tersebut". Ya tidak sesuai dengan pakemlah, gerakannya salah, hurang donda, dsb. Busananya pun dikomentari. 


Namun ada juga yang mengapresiasi, dengan mengatakan... mari kita lihat sisi positifnya. Itu mungkin bagian dari tugas di kampus yg harus diposting. Ini adalah salah satu budaya nusantara. Budaya itu netral dan tidak harus diasosiasikan dengan agama atau kepercayaan. Ini adalah tortor kontemporer yang mengadopsi perkembangan lingkungan sekitar, dan seterusnya. 


Terlepas dari perdebatan yang lumayan hangat tersebut, saya melihat banyak hikmah yang dapat dipetik. 

Segera saya googling mengenai "tutorial tortor". 


Dari quick scan and skim, saya menemukan tiga kategori besar :


1. Tutorial yang dibawakan salah satu sanggar tari batak toba.

Penjelasan lumayan lengkap. Dalam beberapa tutorial ( total 18 menit) 

menjelaskan dan memperagakan : 

a. Gerak Somba, termasuk perbedaan gerak somba wanita dan pria

b. Mangurdot

c. Manerser


2. Praktek/ performance dan semi tutorial yg dibawakan orang orang Batak Toba yang melatih anak anak remaja (sepertinya di gereja atau gedung serba guna)... rata-rata 6 menit, bervariasi sebagai berikut : 


a. Performance/ festival.

Menunjukkan berbagai tortor dan tarian, lengkap dengan asesories dan busana yang didominasi ulos. Elegan

b. Memperagakan gerak tortor yang benar. Pada akhir seluruh tarian lengkap, Ibu penari dan pelatih yang keren menjelaskan teknik dasar, spti gerak tangan. Ibu itu bilang antara lain... tortor batak itu anggun, kelihatannya mudah. Tetapi tidak. Pada awal awal, pergelangan tangan, dan pangkal kaki mungkin sakit. 

c. Suasana berlatih (kurang terpola, dan agak mixed antara tortor dengan tumba). Seorang ibu dgn anak anak remaja. Tampaknya itu adalah postingan spontanitas. Kita senang, bahwa di kota pun, ada anak anak remaja yang sudah lahir di kota, seperti Jakarta ini menggeluti budaya leluhur tersebut


3. Tutorial yang dibawakan seorang ibu yg mengklaim ragam gerak dasar dari tari batak toba.... Durasi video lk. 5 menit. 

Ini yang saya maksudkan mengundang diskusi dan perdebatan hangat, pada bagian awal tulisan ini. 

Tarian tersebut, diiringi suara gondang sabangunan. Ada narator, dan ada juga seorang gadis yang mempraktekkan.


Materi yang ditunjukkan meliputi : 


a. Urdot atau mangurdot, terbagi dua

i. Kaki menghenjut/ mangurdot dan kaki kanan digerakkan ke atas ke bawah. Tumit kaki tetap menempel di lantai

ii. Kaki kanan diangkat diturunkan, dan hanya kaki kiri yang menghenjut


b. Somba

Menjelaskan dan memperagakan 

i. somba adat 

ii. somba Debata

iii. Mambuka roha

iv. Mandenggal

v. Gerakan menolak bala

vi. Mangait tu siamun tu sihambirang

vii. Siubeon

viii. Mangembas


c. Menggabungkan seluruh bagian tarian  yang dijelaskan di atas dalam satu performance, dengan diiringi uning uningan gondang sabangunan

Sehubungan dengan hal hal di atas, izinkan kami memberi pandangan sebagai berikut :


a. Dari aspek substansi (walaupun kami adalah kaum awam), gerakan gerakan yang ditunjukkan ibu yang di kategori nomor 3 tadi, sepertinya terlalu hinsa/ kurang donda, dan kurang pakket untuk dapat disebut sebagai gerak gerak tortor. Pada hal substansi yg diajar tutorialkan tersebut menggunakan pakem pakem tortor.


Namun demikian, hal tersebut dapat dimaklumi karena :

i. Tidak sekalipun ibu  (atau masih anak gadis kali...) narator itu mengklaimnya sebagai tortor. Beliau hanya bilang itu adalah tari batak toba.


Berdasarkan beberapa referensi, dan diskusi a.l dengan praktisi dan akademisi kampus, tortor itu berbeda dengan tari. 

Tarian Batak toba itu namanya Tumba.


Tortor pada dasarnya adalah bagian yang integral dari ritual religiositas, yang diiringi gondang sabangunan, dengan pakem baku, dalam komunikasi harmoni alam hadebataon dan hajolmaon. 


Substansi, praktek adat dan spiritualitas orang Batak Toba zaman dahulu tidak dapat dipisahkan. 


ii. Dari segi kemasan, ibu itu layak diapresiasi. Beliau menarasikan dan mendemonstrasikannya dengan pas. 

Bayangkan hanya dalam 5 menit, secara sistematis dan mudah, semua dijelaskan dengan baik dan runut. No wonder, video tsb dlihat hampir 5.000 orang. 


Bahkan ada video sejenis yang sudah mendapatkan hampir 100 000  views. Jauh mengalahkan video video produksi sanggar batak toba.  


Ibu itu sepertinya paham hukum besi marketing di dunia maya.  Persaingan tontonan di dunia maya itu sengit. Severe. Kemasan dan substansi harus saling mendukung. 


iii. Dari segi pemajuan dan sosialisasi budaya Nusantara, itu juga layak diappresiasi. Ibu itu dengan bangga menunjukkan dapat menarasikan dan mensosialisasikan salah satu tarian dari suku bangsa di Nusantara, yang tampaknya bukan budaya dimana beliau dibesarkan. Pada akhir video, dengan ceria ibu itu berucap manggorahon.... horas. Persis seperti cara orang Batak Toba lho.  Ekspressif. 


b. Untuk para pegiat tortor dan tarian batak toba yang berasal dari suku batak, baik yang di sanggar budaya, atau yang melatih anak anak remaja, apa yang ditampilkan oleh ibu kategori 3 di atas hendaknya melecut dan memberi tantangan untuk :


i. Memproduksi paket paket tutorial yang singkat, mudah, substantif dan menghibur. 

Kalau masih punya idealisme untuk menurunkan dan mengajarkan pakem tortor dan tari yang benar, ya pertimbangkan pangsanya. Cerdas, kreatif dan inovatiflah. Termasuk pilihan lagu lagunya. Beberapa video tutorial tortor saya lihat ada yang diiringi lagu Toba Dream. Tidak melulu harus dengan ensambel gondang sabangunan, tokh. Kenapa tidak coba dengan iringan lagu yang lagi hit di playlist anak anak milenial sekarang misalnya. 

Anda anda harus dapat mengemas antara "Tontonan dan Tuntunan", dengan pas. 


ii. Membuka diri, paradigma dan wawasan. Saat ini komunikasi lintas budaya itu sangat cair, dan saling mempengaruhi. 

Tortor dalam makna, cara dan peruntukannya pada zaman kontemporer ini, sudah berbeda dari zaman dahulu.

Harus berani kita menerima itu. Kita harus merubah paradigma. Tortor dewasa ini...adalah bagian dari budaya yang telah didesakralisasi. Sudah disekularisasi. 


Karena itu, tortor bersama dengan tumba hendaknya dapat dikreasi, dan dikemas.


Sebagai produk budaya kontemporer, tortor bersaing dengan produk budaya lain, seperti misalnya rancak Melayu, goyang Deli, poco poco, atau Despacito dance. 


iii. Kita kita yang merasa atau terlatih matanya melihat tortor dan gerak tari Batak Toba, tidak perlu baper atau bersyak wasangka ketika ada orang lain yang bukan berakar dari budaya batak toba yang mengajarkan dan memasyarakatkannya.

Orang Jepang atau Korea juga tidak baper ketika orang Indonesia membuka perguruan Karate atau Tae kwondo, bukan ?. Bisa saja jurus jurus Karate di Jepang ada varian yang beda dari yang diajarkan di Indonesia, tokh. (bersambung )

Komentar
Berita Terkini