Resensi Buku : Catatan Seorang Wartawan

Administrator Administrator
Resensi Buku : Catatan Seorang Wartawan
Ist|PelitaBatak

=========================================

Judul : Sirpang Opat, Memoar dan Puisi Pilihan

Penulis. : Enderson Tambunan

Tebal. : xx +189 hal

Ukuran. : 14,5 x 20,5 cm

No ISBN : 978-602-9226-99-7

Penerbit : PT. Suara Harapan Bersama, Jakarta

========================================

CATATAN-catatan penting seorang wartawan dan penulis puisi dirangkum dalam buku ini. Dua puluh dua tulisan lepas dan 40 puisi mengisi lembaran-lembaran buku "Sirpang Opat, Memoar dan Puisi Pilihan" , yang diluncurkan tanggal 15 April 2025, bertepatan dengan 73 tahun usia si penulis, Enderson Tambunan.

Ke-22 tulisan tersebut disuguhkan dalam format terpisah, bukan berseri, walaupun nomor tulisan berurutan. Tiap tulisan punya plot cerita utuh, tulisan pertama selesai, disusul kisah berikutnya. Tapi, “benang merah” kerterkaitan antartulisan tentu saja tebal. Maka pembaca seperti menikmati cerita pendek, dengan pembuka atau alinea awal tulisan dalam bentuk deskripsi, aksi, dan dialog. Pun menarik membaca dua kata sambutan, sebutlah testimoni, yang ditulis oleh Dr. Rustam Effendy Nainggolan, MM dan Bachtiar Sitanggang, SH.

Buku ini diawali dengan tulisan berjudul "Rumah di Pearaja dan Simaung-maung Dolok". Kedua rumah ini terletak di Tarutung, Kabupaten Tapanuli Utara, Provinsi Sumatra Utara, kampung halaman (bona pasogit) penulis. Lalu, tulisan kedua bercerita tentang penulis dan adiknya mendaki Dolok Siatas Barita dini hari denga alinea pembuka yang "manis".

Mendaki gunung dalam kegelapan tentu penulis merasa takut juga, tapi tak ditunjukkan pada adiknya yng masih kecil.

Pola demikian berlanjut hingga tulisan ke-22 dengan topik ucapan terkma kasih kepada keluarga dan berbagai pihak yang besar andilnya dalam menopang perjalanan penulis semasih di kampung hingga tiba di pelabuhan akhir di Jakarta. Di Ibukota inilah penulis mengembangkan kariernya sebagai jurnalis, penulis puisi, serta penulis/editor beragam buku.

Enderson memulai karier jurnalistik di Harian Umum Sinar Harapan (SH) pada awal 1976 hingga Izin Usaha Penerbitan Pers koran tersebut dibatalkan oleh Departemen Penerangan, terkait masalah pemberitaan, pada Oktober 1986. Lalu pada 4 Februari 1987 terbit Harian Umum Suara Pembaruan (SP), yang disebut-sebut sebagai pengganti Sinar Harapan dan penulis melanjutkan kariernya di harian SP sampai pensiun 1 Mei 2007. Setelah itu, dia masih bekerja di surat kabar mingguan, majalah, dan media online.

Banyak peristiwa penting yang diliputnya, sebagian besar menyangkut kehidupan kalangan bawah, seperti tunawisma, pedagang kaki lima, buruh galian, dan sebagainya. Dan salah satu yang menarik dari perjalanan kariernya, penulis pernah menolak jabatan pemimpin redaksi. Ia merasa cukup sebagai redaktur pelaksana penyuntingan.

Senandung Tanah Air

Bagian kedua buku Sirpang Opat memuat 40 puisi, tiga di antaranya dalam bahasa Batak Toba. Ke-40 puisi dirangkum dalam tiga sub-topik, yakni: a. Senandung Bona Pasogit dan Tanah Air, b. Kepada Keluarga dan Sahabat, c. Di Tengah Pandemi Covid-19.

Kumpulan puisi ini diawali dengan puisi Tarutung, yang digubah pada Juli 1972 dan ditutup dengan puisi berjudul Kepada Sahabat VSM, ditulis pada Desember 2024.

Seperti disebut penulis, puisi-puisi ini dipilih dari sejumlah puisi yang pernah terbit di media massa dan yang tersimpan di laptop. Sebagian besar berkisah akan kerinduan pada kampung halaman, sahabat-sahabat, keluarga dan budaya. Sebagai misal, baris terakhir dari puisi nompr 24, Tortor Buat Amang TPS, ... Aku janji, nanti akan kami mainkan tujuh tortor dalam satu adegan. (DjS)

Komentar
Berita Terkini