Khotbah Minggu IV Setelah Trinitatis, 5 Juli 2020: "Diberkati supaya Menjadi Berkat" (Kej. 12:1-9)

Administrator Administrator
Khotbah Minggu IV Setelah Trinitatis, 5 Juli 2020: "Diberkati supaya Menjadi Berkat" (Kej. 12:1-9)
Edward Tigor Siahaan
Pdt Dr Robinson Butarbutar
Oleh Pdt. Dr. Robinson Butarbutar, Ketua Rapat Pendeta HKBP


Saudara-saudara terkasih di mana pun berada...


      Dari dulu sampai saat ini, ada dua perilaku atau perangai manusia yang saling bertentangan: Pertama, perangai yang hanya memikirkan diri, keluarga, masyarakat, bangsa, dan manusia itu sendiri. Kedua, sebaliknya, yaitu perangai yang memikirkan orang lain di luar diri, keluarga, bangsa, dan manusia itu sendiri. Dia memikirkan juga yang baik bagi Bumi dan isinya. Itu sebabnya Paulus berkata: "Dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga" (Fil. 2:4). Kita tentu tahu perangai mana yang tidak disukai Allah dari kedua perangai tersebut. Sesungguhnya, kalau kita mau jujur, kita pasti menyadari bahwa kita tidak bisa hidup tanpa yang lain. 


Di dunia ini, kita ini hidup di dalam prinsip saling terkait dan saling tergantung. Jika kita mengambil contoh, kebijakan-kebijakan politis Presiden Trump empat tahun terakhir cukup mewakili perangai yang pertama. Melalui slogan "Make America Great Again," kepentingan Amerika Serikat (AS) menjadi kepentingan utama di atas kepentingan masyarakat dunia. Misalnya, AS mundur dari Perjanjian Kyoto tentang perubahan iklim. Kemudian, di saat bangsa-bangsa dunia sedang berjuang melawan pandemi Covid-19, AS malah keluar dari WHO. Pendahulunya, Barack Obama sebaliknya menekankan pentingnya memikirkan kepentingan semua, di tengah-tengah bangsanya dan di antara bangsa-bangsa. Kita senang melihat Presiden Jokowi mengungkapkan hal sama pada beberapa kesempatan di depan para pemimpin negara-negara dunia.


Visi yang sama dengan perangai kedua di ataslah yang hendak dinyatakan Allah lewat Abram di Kejadian 12:1-9, yaitu: Allah memberkati Abram bukan untuk diri dan keturunannya saja, melainkan agar bangsa-bangsa di dunia ikut terberkati melalui dia. Ini sebuah visi yang luar biasa pada masa itu, menggairahkan. Walau beresiko dan penuh ketidakpastian namun pantas diperjuangakan. Oleh sebab itu, setelah mendengarnya secara sigap Abram melakukan apa yang diperintahkan Allah: dia pergi dari negerinya dan dari saudara-saudaranya, bersama Sarai istrinya, Lot anak saudaranya, beserta harta benda yang dia miliki di Haran. Ia pergi ke negeri yang dia tidak kenal. Malah, setelah berkeliling dan tiba di Sikem, mendengar janji Allah memberikan tanah Kanaan padanya, berkemah dan mendirikan mesbah untuk memuji Tuhan di sana, berangkat menuju gunung, membuat mesbah dan memanggil nama Tuhan lagi di sana,  ia kemudian berangkat lagi ke arah Negeb. Ia tidak berhenti. Sibuk mengejar visi luar biasa itu.


Kita perlu merenungkan kembali visi Allah lewat Abram ini. Visi ini terasa makin relevan belakangan ini. Mari lihat sejenak hubungan antara Israel dan Palestina. Tidak pernah damai. Saling ingin memusnahkan. Terakhir, Israel hendak mencaplok Tepi Barat, dan Palestina siap perang demi mempertahankan wilayah itu. Dewan Gereja-gereja Dunia mengkritik keras rencana Israel untuk menduduki wilayah Tepi Barat ini. Di sisi lain, kita pun mungkin sering berperangai memikirkan diri sendiri. Tidak peduli dengan yang lain. Ketika terjadi konflik dalam keluarga, masyarakat, dan gereja, maupun perusahaan serta negara-negara, yang satu ingin memusnahkan yang lain. Oleh sebab itu, kita pun perlu mengingat kembali visi HKBP sesuai keputusan Sinode Godang 2014 yang menyatakan bahwa 'HKBP menjadi berkat bagi dunia.' Marilah dengan sungguh-sungguh menghidupi dan mewujudkan visi itu, terkhusus di tengah pandemi Covid-19 ini. Sebagaimana Abram yakin, demikianlah kiranya kita yakin bahwa Allah Tritunggal menyertai kita mewujudkan visi itu. Amin! 


Komentar
Berita Terkini